AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA
(Oleh: abdullah)
BAGIAN III :
PROSES
PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN
A. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN
Setelah
mempelajari bagian III dari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat
memperoleh pemahaman yang cukup tentang proses pencatatan setiap transaksi keuangan
ke dalam jurnal dan pemostingannya ke dalam akun/rekening buku besar serta memiliki ketrampilan yang memadahi dalam
melaksanakan pencatatan dan pemostingan tersebut. Penguasaan terhadap materi
ini diharapkan dapat memberi bekal peserta pelatihan untuk dapat menyelenggarakan
pembukuan perusahaan jasa terutama dalam hal pencatatan transaksi keuangan yang
terjadi dan memostingkannya ke dalam akun-akun buku besar.
B. INDIKATOR
Keberhasilan
peserta pelatihan dalam mempelajari modul ini dapat diamati dan diukur dari
indikator-indikator berikut ini.
- Kemampuan peserta pelatihan menjelaskan fungsi jurnal
- Ketrampilan peserta pelatihan membuat buku
jurnal
- Ketrampilan peserta pelatihan melakukan
pencatatan setiap transaksi keuangan ke dalam jurnal
- Kemampuan peserta pelatihan menjelaskan fungsi
akun/rekening buku besar
- Kemampuan peserta pelatihan menjelaskan
bentuk-bentuk akun/rekening
- Ketrampilan peserta pelatihan memosting
ayat jurnal ke dalam akun terkait
- Kemampuan peserta pelatihan menjelaskan fungsi
buku besar pembantu (buku bantu)
- Kemampuan peserta pelatihan menjelaskan akun-akun
buku besar yang memerlukan buku bantu
- Ketrampilan peserta pelatihan menyelenggarakan
buku bantu
-
Ketrampilan peserta pelatihan menyusun neraca sisa
C. PETUNJUK
Materi tentang
akuntansi perusahaan jasa yang disajikan dalam bagian III dari modul ini adalah ”Proses Pencatatan Transaksi
Keuangan”. Urutan penyajiannya diatur sebagai berikut: (1) Jurnal Umum, meliputi: (a) fungsi , (b) bentuk, dan (c) proses
pencatatan transaksi keuangan ke dalam jurnal; (2) Buku Besar, meliputi: (a) fungsi,
(b) bentuk akun/rekening, (c) proses pemostingan; (3) Buku Besar Pembantu,
meliputi: (a) fungsi, (b) akun-akun yang perlu disertai akun buku bantu, (c)
proses penyusunan buku bantu; (4) Neraca Sisa.
Setiap uraian materi disertai dengan contoh-contoh kasus yang mungkin
terjadi pada perusahaan jasa. Pelajari dengan seksama materi dan contoh-contoh
yang disajikan pada Bagian III modul ini, agar Anda dapat memperoleh pemahaman
dan ketrampilan yang bagus. Dengan menguasai materi ini, Anda akan dapat
menyelenggarakan proses pencatatan transaksi keuangan. Ukurlah tingkat penguasaan kompetensi yang
telah Anda capai dengan menjawab dan mengerjakan soal-soal evaluasi di bagian
akhir materi pembelajaran ini. Jika Anda merasa belum puas dengan hasil yang Anda
capai, ulangi lagi sampai Anda merasa telah menguasainya dengan baik. Untuk
memperkuat pemahaman dan ketrampilan
Anda, carilah kasus-kasus yang serupa dan kerjakanlah sampai tuntas. Dengan demikian,
Anda akan dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan di atas.
D. URAIAN MATERI
Proses
Pencatatan Transaksi Keuangan
1. Jurnal Umum (General Journal)
Perlu
Anda ingat kembali uraian materi pada
Bagian II modul ini. Pencatatan transaksi ke dalam persamaan dasar akuntansi
seperti yang telah diuraikan pada bagian itu, di dalam pratiknya sangat tidak
efisien, jika jenis dan frekuensi terjadinya transaksi keuangan di perusahaan
cukup banyak. Namun proses pencatatan tersebut perlu dipelajari dan dikuasai
sebagai dasar untuk melatih ketrampilan kita dalam menganalisis pengaruh dari
suatu transaksi keuangan terhadap asset/aktiva, hutang/kewajiban dan
modal/ekuitas pemilik perusahaan. Jika kita memiliki pemahaman dan ketrampilan
yang cukup baik dalam menyusun persamaan
dasar akuntansi, maka hal ini akan membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman
dan ketrampilan kita dalam menyelenggarakan proses pencatatan transaksi
keuangan.
Anda tentunya sudah mengetahui bahwa proses pencatatan
diawali dengan adanya transaksi keuangan. Setiap transaksi keuangan yang
dilakukan oleh perusahaan harus didasari dan dibuktikan dengan ’bukti
transaksi’. Bukti transaksi yang dimaksud bisa berupa bon, kuaitansi
(penerimaan atau pembayaran uang tunai), faktur pembelian, faktur penjualan,
dan/atau bukti-bukti lainnya yang mendukung terjadinya transaksi keuangan.
Berdasarkan bukti transaksi inilah, selanjutnya kita dapat menyelenggarakan
pencatatan transaksi keuangan.
a) Fungsi Jurnal
Kita mengetahui bahwa proses pencatatan transaksi
keuangan dimulai dari penyelenggaraan jurnal. Jurnal merupakan catatan secara kronologis tentang pendebitan dan
pengkreditan akun/rekening tertentu sebagai akibat dari suatu transaksi
keuangan disertai dengan penjelasan yang diperlukan. Catatan yang ada di dalam buku jurnal
(biasanya disebut jurnal) merupakan sumber utama dari catatan-catatan lain dan
keterangan-keterangan tentang transaksi keuangan perusahaan, karena catatan di
dalam jurnal merupakan catatan asli tentang semua transaksi keuangan yang
terjadi di perusahaan. Oleh karena itu, kita
dapat mengambil simpulan bahwa jurnal memiliki fungsi: (1) mencatat, (2)
historis, (3) analisis, (4) instruktif, dan (5) informatif.
(1) Jurnal memiliki fungsi mencatat karena semua transaksi keuangan yang
terjadi di perusahaan harus dicatat di dalamnya. Informasi yang harus dicatat di jurnal,
selain akun yang harus di debit dan di kredit juga disertai dengan keterangan
yang dianggap penting terkait dengan transaksi keuangan tersebut. Dengan demikian, akan memberi kemudahan
untuk mencari kembali dan mencek transaksi tertentu jika diperlukan di kemudian
hari.
(2) Jurnal memiliki fungsi historis karena
pencatatan di dalamnya harus dilakukan secara kronologis, artinya pencatatan
harus dilakukan menurut urut-urutan waktu
terjadinya setiap transaksi
keuangan. Dengan demikian, catatan di dalam jurnal dapat menunjukkan sejarah
atau perkembangan kegiatan perusahaan secara
urut (kronologis) dari waktu ke waktu.
(3)
Jurnal
memiliki fungsi analisis karena informasi yang dicatat di dalamnya merupakan
hasil analisis dan pertimbangan petugas di bidang akuntansi. Analisis dilakukan untuk menentukan pengaruh transaksi
keuangan terhadap aktiva, kewajiban, dan modal, sehingga dapat ditentukan akun
apa yang harus di debit dan akun apa yang harus di kredit, serta berapa besar
nilainya masing-masing. Hasil analisis inilah yang dicatat di dalam jurnal (ingat
fungsi mencatat).
(4)
Jurnal memiliki fungsi
instruktif karena bunyi ayat jurnal sebenarnya merupakan ‘perintah’
untuk mendebit akun tertentu (yang disebut terlebih dulu) dengan jumlah
tertentu dan juga mengkredit akun tertentu (yang disebut kemudian dan ditulis
agak ke kanan) dengan jumlah tertentu pula.
(5) Jurnal memiliki fungsi informatif. karena dari dalam jurnal dapat
diperoleh informasi secara detail tentang transaksi keuangan yang telah
dilakukan oleh perusahaan. Informasi-informasi penting itu antara lain berupa
tanggal terjadinya transaksi, berbagai akun
yang di debit dan yang dikredit beserta nilainya masing-masing, pihak
yang berhubungan dengan terjadinya transaksi itu, tentang apa saja transaksi
yang terjadi itu dan sejenisnya. Dengan demikian, jika kita memerlukan
informasi tentang suatu transaksi keuangan dapat dicari di dalam jurnal.
Berdasarkan fungsi jurnal seperti yang diuraikan di atas dapat kita
ketahui bahwa penyelenggaraan jurnal dapat memberi berbagai keuntungan berikut:
(1)
tersedia alat pencatat
akun-akun yang terpengaruh oleh adanya transaksi keuangan, sehingga dapat
diketahui akun yang di debit dan yang di kredit lengkap dengan besaran nilainya masing-masing, serta keterangan
penting lain yang dicatat di dalamnya
(2)
tersedia alat pencatat transaksi keuangan secara kronologis sehingga
dapat memberi gambaran lengkap dan menyeluruh tentang semua transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh
perusahaan dari hari ke hari atau dari waktu ke waktu, sehingga dapat diketahui
perkembangannya
(3) tersedia data berupa catatan dalam satu buku bahkan satu lembar untuk
mengoreksi seandainya terjadi kesalahan dalam menganalisis akibat suatu
transaksi keuangan atau dalam mencatat akibat suatu transasksi keuangan ke
dalam jurnal. Tanpa jurnal
akan sulit mencari letak terjadinya kesalahan jika mungkin terjadi kesalahan,
misalnya:
(a) lupa mendebit atau mengkredit suatu akun
(b) mendebit atau mengkredit pada sisi akun
yang salah (seharusnya di debit tetapi keliru di kredit dan sebaliknya)
b) Bentuk Jurnal
Di dalam praktik dapat dijumpai
berbagai bentuk jurnal. Ada
jurnal umum biasa, ada jurnal umum berkolom, dan ada pula jurnal-jurnal khusus
dengan kolom-kolom tertentu yang digunakan untuk mencatat transaksi keuangan
yang khusus pula.
Bentuk jurnal yang digunakan
oleh perusahaan sangat tergantung pada ukuran (besar kecilnya) dan sifat
operasinya, karena hal itu akan menentukan jenis dan frekuensi terjadinya
transaksi keuangan. Perusahaan jasa apa lagi yang skala usahanya masih kecil,
pada umumnya menggunakan jurnal umum biasa. Pada bagian ini, bentuk jurnal yang
dibahas adalah bentuk jurnal umum yang biasa, seperti contoh berikut ini.
JURNAL
UMUM halaman …
Tanggal
|
Akun-akun dan Keterangan
|
Ref
|
Debit
|
Kredit
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
(1)
Di atas kolom buku jurnal (di
tengah-atas) di tulis jenis jurnal atau
nama jurnal yang dimaksud, misalnya jurnal umum seperti contoh itu dan di
bagian kanan atas ditulis halaman dan nomor urutnya.
(2)
Kolom tanggal diisi dengan
tanggal, bulan, dan tahun terjadinya transaksi keuangan yang ditulis di dalam
jurnal itu. Tahun ditulis di bagian atas kolom ini dan biasanya hanya ditulis
sekali dalam setahun. Nama bulan ditulis pada baris pertama setelah tahun dan
biasanya ditulis sekali dalam sebulan atau selembar. Tanggal ditulis sesuai
dengan terjadinya transaksi keuangan yang dicatat itu.
(3)
Kolom Akun-akun dan Keterangan
diisi dengan nama akun yang harus di debit dan nama akun yang harus di kredit
dilengkapi dengan keterangan penting dari transaksi keuangan tersebut.
(4)
Kolom Ref. (Reference) diisi dengan nomor akun, agar
mempermudah mencari kaitan antara akun dengan jurnal. Kolom ini diisi setelah
ayat jurnal tersebut diposting ke akun yang bersangkutan.
(5)
Kolom Debit diisi dengan jumlah
nilai akun yang harus di debit.
(6)
Kolom Kredit diisi dengan
jumlah nilai akun yang harus di kredit
c) Proses Pencatatan Transaksi
Keuangan Ke Dalam Jurnal
Anda
perlu selalu mengingat bahwa setiap ada transaksi keuangan (tanpa terkecuali),
harus dicatat di dalam jurnal. Tidak dapat dibenarkan jika ada transaksi
keuangan yang ‘lupa’ tidak dicatat ke jurnal.
Oleh karena itu, pencatatan harus dilaksanakan sesegera mungkin setelah
transaksi keuangan terjadi.
Marilah
kita ikuti contoh pengisian jurnal dari transaksi keuangan berikut:
Pada tahun 2008 Pak Budi memulai
usaha menjahit yang diberi nama ’Penjahit Anggun’. Beberapa transaksi yang
dilakukan pada awal bulan Januari sebagai berikut:
Januari 1 : Budi menginvestasikan uang tunai ke dalam perusahaannya Rp 1.000.000,00
Januari 2 :
Dibeli sebuah mesin jahit dari ‘Toko Maju’ seharga Rp 750.000,00 yang akan
dibayar 3 bulan lagi.
Januari 3: Dibeli secara tunai perlengkapan menjahit seharga Rp 250.000,00
Januari 5: menyelesaikan
pekerjaan menjahit 3 setel pakaian wanita dan diterima ongkos menjahit sebesar
Rp 225.000,00
Januari 6: membayar sewa
tempat usaha sebesar Rp 30.000,00 untuk jangka waktu sebulan.
Januari 8: membayar biaya keamanan untuk bulan
Januari sebesar Rp 20.000,00
Januari 10: menyelesaikan
pekerjaan menjahit 2 setel pakaian pria dengan ongkos sebesar Rp 250.000,00 akan dibayar dua minggu
lagi
Pencatatan transaksi-transaksi keuangan tersebut
ke dalam Jurnal Umum dilakukan sebagai berikut:
JURNAL
UMUM halaman 1
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit (Rp)
|
Kredit (Rp)
|
2008
|
|
|
|
|
Jan. 1
|
Kas
|
|
1.000.000
|
|
|
Modal
|
|
|
1.000.000
|
|
Investasi pemilik (Budi)
berupa uang tunai Rp 1.000.000,00
|
|
|
|
2
|
Inventaris
|
|
750.000
|
|
|
Hutang Dagang
|
|
|
750.000
|
|
Pembelian mesin jahit dari
Toko Maju, kredit 3 bulan Rp 750.000,00
|
|
|
|
3
|
Perlengkapan Jahit
|
|
250.000
|
|
|
Kas
|
|
|
250.000
|
|
Pembelian perlengkapan
menjahit tunai Rp 250.000,00
|
|
|
|
5
|
Kas
|
|
225.000
|
|
|
Penghasilan jasa
|
|
|
225.000
|
|
Pendapatan dari hasil
menjahit 3 setel pakaian wanita Rp 225.000,00
|
|
|
|
6
|
Beban Sewa
|
|
30.000
|
|
|
Kas
|
|
|
30.000
|
|
Membayar sewa tempat usaha
jangka waktu sebulan Rp 30.000,00
|
|
|
|
8
|
Beban Keamanan
|
|
20.000
|
|
|
Kas
|
|
|
20.000
|
|
Membayar biaya keamanan bulan ini sebesar Rp
20.000,00
|
|
|
|
10
|
Piutang Jasa
|
|
250.000
|
|
|
Penghasilan jasa
|
|
|
250.000
|
|
Pendapatan dari hasil
menjahit 2 setel pakaian pria Rp 250.000,00 dan akan dibayar 2 minggu lagi
|
|
|
|
Catatan: Pengisian kolom Ref.
dilakukan pada saat melakukan posting, yaitu pemindahan
dari ayat
jurnal ke dalam akun buku besar
Contoh lain, untuk memberi pemahaman yang lebih
mendalam tentang penyelenggaraan jurnal, marilah kita mengingat kembali
transaksi keuangan yang terjadi pada Salon Sekarkedaton milik Ny. Ayu, yang beralamat di Jl. Joyo
Utomo 504 Malang selama bulan Januari 2007 yang telah dipaparkan
pada Bagian II Modul ini. Bukalah
kembali Bagian II tersebut. Transaksi selama bulan Januaru itu jika dicatat di
dalam jurnal umum akan tampak sebagai berikut ini.
JURNAL UMUM halaman 1
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit (Rp)
|
Kredit (Rp)
|
2007
|
|
|
|
|
Jan. 1
|
Kas
|
|
1.000.000
|
|
|
Modal
|
|
|
1.000.000
|
|
Investasi pemilik (Ny Ayu)
berupa uang tunai Rp 1.000.000,00
|
|
|
|
2
|
Peralatan Salon
|
|
300.000
|
|
|
Kas
|
|
|
300.000
|
|
Pembelian peralatan salon
secara tunai Rp 300.000,00
|
|
|
|
5
|
Beban Sewa
|
|
100.000
|
|
|
Kas
|
|
|
100.000
|
|
Membayar sewa tempat usaha bulan Januari Rp 100.000,00
|
|
|
|
7
|
Peralatan Salon
|
|
500.000
|
|
|
Perlengkapan Salon
|
|
200.000
|
|
|
Hutang Dagang
|
|
|
700.000
|
|
Membeli kredit dari Toko Makmur peralatan salon Rp
500.000,00 dan perlengkapan salon Rp200.000,00
|
|
|
|
9
|
Kas
|
|
750.000
|
|
|
Hutang Wesel
|
|
|
750.000
|
|
Menandatangani
wesel jangka 3 bulan Rp750.000,00 dari
bank bunga 12% per tahun
|
|
|
|
14
|
Kas
|
|
450.000
|
|
|
Penghasilan Jasa
|
|
|
450.000
|
|
Hasil merias pengantin putri Ny. Yuli Rp 450.000,00 dibayar
tunai
|
|
|
|
15
|
Beban Gaji
|
|
150.000
|
|
|
Kas
|
|
|
150.000
|
|
Dibayar gaji pegawai untuk bulan Januari Rp 150.000,00
|
|
|
|
20
|
Kas
|
|
250.000
|
|
|
Piutang Usaha
|
|
300.000
|
|
|
Penghasilan Jasa
|
|
|
550.000
|
|
Hasil
merias pengantin Harmini Rp 550.000,00 dibayar Rp 250.000 sisanya dibayar
Februari 2007
|
|
|
|
JURNAL
UMUM halaman 2
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit (Rp)
|
Kredit (Rp)
|
2007
|
|
|
|
|
Jan. 22
|
Hutang Dagang
|
|
200.000
|
|
|
Kas
|
|
|
200.000
|
|
Angsur utang ke Toko Makmur sebesar Rp 200.000,00
|
|
|
|
25
|
Beban Listrik
|
|
75.000
|
|
|
Kas
|
|
|
75.000
|
|
Membayar
rekening listrik bulan Januari Rp 75.000,00
|
|
|
|
29
|
Kas
|
|
150.000
|
|
|
Piutang Usaha
|
|
|
150.000
|
|
Ditrima
angsuran utang Ibu Harmini sebanyak Rp
150.000,00
|
|
|
|
30
|
Pengambilan Prive
|
|
100.000
|
|
|
Kas
|
|
|
100.000
|
|
Ny.
Ayu ambil uang Rp 100.000,00 untuk kepentingan pribadinya.
|
|
|
|
31
|
Beban Bunga
|
|
7.500
|
|
|
Kas
|
|
|
7.500
|
|
Dibayar
bunga hutang
|
|
|
|
Transaksi Salon Sekarkedaton selama
bulan Januari itu, setelah dicatat di dalam jurnal memerlukan 2 (dua) halaman,
sehingga nomor halaman diisi 1 untuk halaman pertama dan 2 untuk halaman ke
dua. Cara mencatat semacam ini dilakukan terus sepanjang periode. Kolom Ref.
(Reference) masih kosong, karena belum ada ayat jurnal yang di posting ke akun
buku besar. Pengisian kolom itu dilakukan bersamaan dengan saat
memosting kea kun yang terait.
2. Akun Buku
Besar
Pada dasarnya,
setiap transaksi keuangan (didukung dengan bukti transaksi) yang terjadi di
perusahaan dapat langsung dicatat ke dalam akun-akun buku besar yang terkait.
Namun, model pencatatan secara langsung dari bukti transaksi ke dalam akun buku
besar, dalam praktiknya di perusahaan (terutama perusahaan besar) sangat
menyulitkan, lebih-lebih jika kita harus mengkoreksi kembali pembukuan yang
telah kita lakukan. Hal ini disebabkan oleh tidak tampaknya
satu transaksi pada satu halaman buku/catatan. Untuk keperluan tersebut akan
lebih mudah jika pencatatan transaksi keuangan
diawali dengan jurnal. Secara skematis, proses pencatatan transaksi keuangan dapat digambarkan
seperti bagan berikut ini.
|
|
|
|
Proses
Pencatatan Transaksi Keuangan
Keterangan:
Setelah terjadi transaksi keuangan
beserta bukti pendukungnya, dibuatkan bukti transaksi sebagai dasar
pencatatan ke dalam jurnal, selanjutnya ayat-ayat jurnal yang ada dicatat atau
diposting ke akun buku besar yang
sesuai.
a) Fungsi Akun Buku Besar
Akun atau rekening adalah catatan yang sistematis tentang aset/aktiva,
kewajiban/hutang, modal/ekuitas pemilik, biaya/beban, dan penghasilan/pendapatan
yang ada di perusahaan atau entitas ekonomi tertentu. Setiap akun (account) yang disebut juga rekening digunakan
untuk mencatat transaksi keuangan yang sejenis. Akun merupakan bagian dari buku
besar (sub-ledger). Kumpulan dari akun-akun ini
membentuk satu buku yang disebut buku besar (ledger). Penyusunan akun merupakan upaya untuk
menggolongkan/mengelompokkan dan meringkas perubahan-perubahan yang terjadi
karena adanya transaksi keuangan.
Untuk
menyediakan informasi tentang nilai aktiva, kewajiban, modal, beban, dan
penghasilan setiap saat, maka transaksi
keuangan yang sejenis perlu dikelompokkan dan dicatat ke dalam sebuah akun (account) buku besar tersebut. Dengan
demikian, jika kita membaca buku besar akan dapat diperoleh penjelasan tentang kenaikan
dan penurunan aktiva, kewajiban, modal, beban, dan pendapatan.
Jumlah dan jenis akun yang dibuat
oleh perusahaan sangat bervariasi, tergantung pada skala (besar kecilnya) usaha
dan sifat operasinya. Semakin besar skala usaha perusahaan dan semakin kompleks
sifat usahanya, maka semakin banyak akun yang harus dibuat. Namun, seberapapun
banyaknya akun yang dibuat oleh suatu perusahaan, secara umum dapat
dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelompok, yaitu akun-akun aktiva, akun-akun
biaya/beban, akun-akun kewajiban, akun-akun modal, dan akun-akun penghasilan. Masing-masing
kelompok akun tersebut masih dapat dibuat akun yang lain.
Mengingat bahwa jumlah akun untuk
masing-masing kelompok (aktiva, beban, kewajiban, modal, dan penghasilan)
tersebut dapat dibuat dalam jumlah yang banyak (sebanyak yang diperlukan), maka
setiap akun perlu diberi kode atau nomor akun. Pemberian kode ini akan
mempermudah bagi kita untuk mengetahui hubungan antara satu akun dengan akun
yang lain. Oleh karena itu, sistem pemberian kode harus sistematis dan mengikuti
sistem/cara tertentu sehingga mudah dipahami
oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Untuk memberi kode akun, kita dapat
menggunakan salah satu dari 4 (empat)
sistem, yaitu nomerical, decimal, mnemonic, atau kombinasi huruf dan angka.
(1)
Sistem numerical merupakan sistem pemberian kode akun dengan menggunakan
angka. Cara
ini paling mudah, sehingga banyak
digunakan di dalam praktik. Misalnya, kelompok akun aktiva diberi
kode 100 sampai 299, dengan rincian aktiva lancar diberi kode
100 – 199 dan aktiva tetap diberi kode 200 – 299. Untuk kelompok akun
hutang diberi kode 300 – 399; kelompok akun modal diberi kode 400 – 499,
kelompok akun beban diberi kode 500 – 599, dan kelompok akun penghasilan diberi
kode 600 – 699. Sebagai contoh 101 untuk akun Kas; 2003 untuk akun Investasi,
505 untuk akun Beban Sewa, 601 untuk Penghasilan Jasa dan sejenisnya.
(2)
Sistem decimal merupakan sistem pemberian kode akun dengan menggunakan
angka dasar 0 – 9. Angka yang paling depan merupakan kode kelompok akun,
disusul dengan angka-angka lain yang merupakan bagian dari kelompok akun
tersebut. Penulisan antara angka yang satu dengan angka yang menyertai diberi
tanda titik (.). Sebagai contoh, kelompok akun Penghasilan diberi kode 6; kode 6.0
untuk akun Penghasilan Jasa; 6.0.1 untuk akun Penghasilan Jasa Potong Rambut;
6.0.2 untuk akun Penghasilan Jasa Rias; 6.0.2.1 untuk akun Penghasilan Jasa
Rias Wajah, 6.0.2.1 untuk akun
Penghasilan Jasa Rias Pengantin dan seterusnya.
(3)
Sistem mnemonic merupakan sistem
pemberian kode akun dengan menggunakan huruf.
Huruf yang digunakan untuk kode suatu akun bisa diambil dari singkatan
nama akun. Sebagai contoh, aktiva lancar
diberi kode AL, akun Kas diberi kode ALK. Kelompok akun penghasilan diberi kode
P, akun Penghailan Jasa Rias Wajah diberi kode PJRW, akun Penghasilan Jasa Rias
Pengantin diberi kode PJRP dan sejenisnya. Dibandingkan dengan dua sistem yang
dibahas terdahulu, sistem ini kurang fleksibel dan lebih sulit diterapkan,
karena besar kemungkinan terjadi kesamaan huruf awal dari beberapa akun. Oleh karena itu perlu dibuat kunci (pedoman)
yang rinci untuk mempermudah penggunaan sistem ini
(4)
Sistem kombinasi huruf dan angka merupakan
sistem pemberian kode akun dengan menggunakan kombinasi antara huruf dengan
angka. Penggunaan huruf bisa diambil dari singkatan nama kelompok akun,
kemudian diikuti dengan angka untuk menunjukkan akun bagiannya. Misalnya untuk
akun Penghasilan diberi kode P, Jasa diberi kode 2, Rias Wajah diberi kode 55.
Jadi, akun Penghasilan Jasa Rias Wajah diberi kode: P-2-55. Penerapan sistem ini
relatif rumit, tetapi dapat memberi gambaran lebih jelas dibandingkan dengan
sistem pemberian kode dengan huruf.
b) Bentuk
Akun/Rekening
Di
dalam praktik, kita dapat menyusun akun buku besar yang praktis, mudah
dilaksanakan, dan mudah dipahami isinya. Bentuk akun yang disusun oleh
perusahaan disesuaikan dengan keperluan dan kemudahannya untuk dilaksanakan. Secara
umum bentuk akun dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu bentuk skontro yang
lazim disebut akun huruf T dan bentuk berlajur. Kedua bentuk akun yang
dimaksud disajikan pada bagian berikut:
a)
Bentuk Skontro (T
Account)
Nama
Akun Kode (No) Akun:
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit
|
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Kredit
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Akun yang berbentuk skontro (huruf
T), memisahkan secara tegas sisi Debit (D) dan sisi Kredit (K). Keunggulan akun bentuk ini dapat
membedakan penulisan akibat transaksi pada kedua sisi secara tegas. Bagi pemula
(yang baru belajar pembukuan) akun ini akan memudahkan. Kelemahannya, saldo
akun tidak dapat diketahui secara
langsung, karena harus menjumlah sisi D dan sisi K selanjutnya dikurangkan.
b) Bentuk Berlajur
Nama
Akun Kode (No)
Akun:
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit
|
Kredit
|
Saldo
|
|
|
|
|
|
|
Debit
|
Kredit
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Atau:
Nama
Akun Kode (No)
Akun:
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit
|
Kredit
|
D/K
|
Saldo
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dari tiga bentuk akun yang disajikan
di atas, tampak bahwa semuanya mengandung dua tempat menulis jumlah, yakni sisi
D dan sisi K. Hal yang perlu ditegaskan adalah bahwa D dan K hanya menunjuk
letak, yakni sisi kiri (D) dan sisi kanan (K). Aturan pembukuan suatu jumlah sebagai akibat dari
transaksi keuangan ke dalam akun-akun ke
sisi D atau sisi K harus konsisten. Telah disepakati
dan diterima secara umum, prosedur
pendebitan dan pengkreditan akun adalah sebagai berikut:
a) Semua akun yang termasuk kelompok aktiva:
jika bertambah dibukukan di sisi D
jika berkurang dibukukan di sisi
K
b) Semua akun yang termasuk kelompok hutang:
jika bertambah dibukukan di sisi K
jika berkurang dibukukan di sisi
D
c) Semua akun yang termasuk kelompok modal:
jika bertambah dibukukan di sisi K
jika berkurang dibukukan di sisi
D
Jika aturan pembukuan
tersebut disajikan dalam bentuk bagan maka akan tampak seperti berikut ini.
D Aktiva K
|
|
D Hutang K
|
|
D Modal K
|
|||
|
|
=
|
|
|
+
|
|
|
+
|
-
|
|
-
|
+
|
|
-
|
+
|
Perlu juga kita ingat bahwa khusus
untuk akun modal dapat bertambah atau berkurang sebagai akibat dari
faktor-faktor berikut:
a) investasi dan penghasilan menyebabkan bertambahnya
akun modal
b) beban dan prive (pengambilan) menyebabkan
berkurangnya akun modal
c) prive (penyetoran) menyebabkan bertambahnya akun modal
Jika setiap faktor penyebab bertambah dan/atau berkurangnya modal tersebut dibuka akun tersendiri, maka
aturan pembukuannya harus mengikuti aturan akun modal.
a) Investasi oleh pemilik, dapat dibukukan langsung ke akun modal sisi K
b) Akun Penghasilan:
jika bertambah bukukan di sisi K
jika berkurang bukukan di sisi D
c) Akun Biaya atau Beban
jika bertambah bukukan di sisi D
jika berkurang bukukan di sisi K
d) Akun Prive
jika bertambah bukukan di sisi K
jika berkurang bukukan di sisi D
Berdasarkan penjelasan di
atas, kita dapat memperoleh gambaran bahwa sangat banyak akun yang mungkin
dibuat oleh suatu perusahaan. Kelompok akun aktiva bisa terdiri atas banyak
akun, demikian pula 4 (empat) kelompok akun yang lainnya.
Sekalipun akun yang dibuat bisa sangat banyak,
namun sebenarnya seluruh akun tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu akun riil dan akun nominal.
a) Akun riil adalah akun yang selalu ada
sepanjang perusahaan masih melaksanakan kegiatan usaha. Akun ini terdiri atas akun aktiva, hutang,
dan modal. Pada akhir periode, akun ini ditutup dan saldonya dilaporkan di
neraca. Secara normal, kelompok akun aktiva akan memiliki saldo debit,
sedangkan kelompok akun hutang dan modal
memiliki saldo kredit. Akun ini akan dibuka kembali pada awal periode dengan
saldo sesuai dengan jumlah yang dilaporkan di dalam neraca.
b) Akun nominal adalah akun yang diadakan
pada perjalanan periode yang terdiri atas akun beban dan penghasilan. Akun ini
berfungsi sebagai pembantu modal, diadakan untuk menampung bertambah atau
berkurangnya modal sepanjang periode akuntansi berjalan. Pada akhir periode akun
ini ditutup dan diperhitungkan saldonya
untuk dilaporkan pada laporan laba/rugi.
c) Proses Pemostingan
Transaksi keuangan yang
telah dianalisis dan dicatat di dalam jurnal, secara periodik akan diposting
atau dipindahbukukan ke dalam akun yang terkait. Pada saat pemostingan
ayat-ayat jurnal tersebut, kolom Reference
dari jurnal diisi dengan kode (nomor) akun, sedangkan kolom Reference pada akun diisi dengan
halaman jurnal.
Untuk berlatih, marilah
kita memosting jurnal dari transaksi Salon Sekarkedaton. Agar lebih ringkas, jurnal tersebut kita
hilangkan keterangannya. Hasil
pemostingan adalah sebagai berikut ini.
JURNAL UMUM halaman 1
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit (Rp)
|
Kredit (Rp)
|
2007
|
|
|
|
|
Jan. 1
|
Kas
|
101
|
1.000.000
|
|
|
Modal
|
401
|
|
1.000.000
|
2
|
Peralatan Salon
|
205
|
300.000
|
|
|
Kas
|
101
|
|
300.000
|
5
|
Beban Sewa
|
504
|
100.000
|
|
|
Kas
|
101
|
|
100.000
|
7
|
Peralatan Salon
|
205
|
500.000
|
|
|
Perlengkapan Salon
|
107
|
200.000
|
|
|
Hutang Dagang
|
301
|
|
700.000
|
9
|
Kas
|
101
|
750.000
|
|
|
Hutang Wesel
|
303
|
|
750.000
|
14
|
Kas
|
101
|
450.000
|
|
|
Penghasilan Jasa
|
601
|
|
450.000
|
15
|
Beban Gaji
|
501
|
150.000
|
|
|
Kas
|
101
|
|
150.000
|
20
|
Kas
|
101
|
250.000
|
|
|
Piutang Usaha
|
102
|
300.000
|
|
|
Penghasilan Jasa
|
601
|
|
550.000
|
JURNAL
UMUM halaman 2
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit (Rp)
|
Kredit (Rp)
|
2007
|
|
|
|
|
Jan. 22
|
Hutang Dagang
|
301
|
200.000
|
|
|
Kas
|
101
|
|
200.000
|
25
|
Beban Listrik
|
503
|
75.000
|
|
|
Kas
|
101
|
|
75.000
|
29
|
Kas
|
101
|
150.000
|
|
|
Piutang Usaha
|
102
|
|
150.000
|
30
|
Pengambilan Prive
|
404
|
100.000
|
|
|
Kas
|
101
|
|
100.000
|
31
|
Beban Bunga
|
508
|
7.500
|
|
|
Kas
|
101
|
|
7.500
|
Kas Kode (No) Akun: 101
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit
|
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Kredit
|
1/1
|
|
j-1
|
1.000.000
|
2/1
|
Peral Salon
|
J-1
|
300.000
|
9/1
|
Hutang Wesel
|
J-1
|
750.000
|
5/1
|
Beban Sewa
|
J-1
|
100.000
|
14/1
|
Penghasilan Jasa
|
J-1
|
450.000
|
15/1
|
Beban Gaji
|
J-1
|
150.000
|
20/1
|
Penghasilan Jasa
|
J-1
|
250.000
|
22/1
|
Angsur hutang
|
J-2
|
200.000
|
29/1
|
Piutang Usana
|
J-2
|
150.000
|
25/1
|
Beban Listrik
|
J-2
|
75.000
|
|
|
|
|
30/1
|
Prive
|
J-2
|
100.000
|
|
|
|
|
31/1
|
Beban Bunga
|
J-2
|
7.500
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Modal Kode (No) Akun: 401
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit
|
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Kredit
|
|
|
|
|
1/1
|
SetoranNy Ayu
|
j-1
|
1.000.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Peralatan
Salon Kode (No) Akun: 205
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit
|
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Kredit
|
2/1
|
Beli tunai
|
J-1
|
300.000
|
|
|
|
|
7/1
|
Beli Kredit
|
J-1
|
500.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Beban
Sewa Kode (No) Akun: 504
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit
|
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Kredit
|
5/1
|
Beban Januari
|
J-1
|
100.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perlengkapan Salon Kode (No)
Akun: 107
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit
|
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Kredit
|
7/1
|
Beli Kredit
|
J-1
|
200.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Hutang
Dagang Kode (No) Akun: 301
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit
|
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Kredit
|
22/1
|
Angsur
|
J-2
|
200.000
|
7/1
|
Perl & Peralatn
|
J-1
|
700.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Hutang Wesel
Kode (No) Akun: 303
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit
|
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Kredit
|
|
|
|
|
9/1
|
Hutang di Bank
|
j-1
|
750.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penghasilan Jasa Kode (No)
Akun: 601
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit
|
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Kredit
|
|
|
|
|
14/1
|
Hasil merias
|
j-1
|
450.000
|
|
|
|
|
20/1
|
Hasil merias
|
j-1
|
550.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Beban Gaji Kode (No) Akun: 501
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit
|
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Kredit
|
15/1
|
Beban Januari
|
J-1
|
150.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Piutang Usaha Kode (No) Akun: 102
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit
|
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Kredit
|
20/1
|
Pengh Jasa
|
J-1
|
300.000
|
29/1
|
diangsur
|
J-2
|
150.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Beban Listrik Kode
(No) Akun: 503
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit
|
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Kredit
|
22/1
|
Beban Januari
|
J-2
|
75.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Prive
Kode
(No) Akun: 404
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit
|
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Kredit
|
30/1
|
Ambil Kas
|
J-2
|
100.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Beban Bunga
Kode (No) Akun: 508
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Debit
|
Tgl
|
Keterangan
|
Ref
|
Kredit
|
31/1
|
Kas
|
J-2
|
7.500
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3. Buku Besar Pembantu
Ada kalanya kita harus menyelenggarakan akun-akun buku
besar pembantu. Buku besar pembantu (buku bantu) ini diselenggarakan dengan
tujuan untuk membantu akun-akun buku besar
yang terdiri atas banyak unsur. Setiap unsur dari akun tersebut tidak
dibuatkan akun buku besar satu persatu tetapi dibukukan dalam satu nama akun,
sedangkan rinciannya dibukukan dalam akun buku bantu. Sebagai contoh, perusahaan memiliki hutang dagang kepada 15
pemasok. Dengan demikian, ada 15 akun Hutang Dagang yang seharusnya dibuat oleh
perusahaan. Namun, untuk membukukan hutang dagang tersebut perusahaan tidak perlu
membuka akun buku besar hutang dagang sebanyak 15 buah, melainkan cukup satu
akun buku besar yaitu akun Hutang Dagang. Rincian
hutang dagang tersebut, yakni hutang kepada setiap pemasok dibuatkan satu akun
buku bantu, sehingga ada 15 akun buku bantu yang harus dibuat untuk membantu akun Hutang
Dagang tersebut. Akun-akun buku besar
lainnya yang memerlukan rincian seperti
contoh hutang dagang tersebut, misalnya piutang usaha (piutang dagang), beban
gaji karyawan dan sejenisnya perlakuan pembukuannya sama dengan contoh hutang
dagang tersebut.
a) Fungsi Buku Pembantu
Berdasarkan uraian dan
contoh tentang buku pembantu (bantu) di atas, kita dapat mengetahui bahwa buku tersebut
memiliki fungsi sebagai (a) alat pemerinci
dan (b) alat pengendali (kontrol).
(a) Buku bantu dikatakan berfungsi
sebagai pemerinci, karena buku ini merupakan rincian dari akun buku besar yang
dibantu. Dari buku bantu dapat kita ketahui rincian secara detail isi akun tersebut. Misalnya akun Hutang Dagang
hanya berisi informasi tentang besarnya hutang, penyebab terjadinya (misal
karena hutang uang, pembelian kredit, atau penyebab lainnya) kapan terjadinya,
berapa yang sudah diangsur, dan kapan diangsur. Rincian tentang kepada siapa
berhutang, berapa besar hutang kepada masing-masing kreditur, bagai mana syarat pelunasan dan
sebagainya disajikan di akun-akun buku bantu.
(b) Buku bantu berfungsi sebagai alat pengendali (kontrol), karena dari buku ini
kita dapat meneliti dan menguji kebenaran pencatatan di dalam akun buku besar
yang bersangkutan.
b) Proses Pencatatan dalam Buku Bantu
Jenis dan jumlah akun buku bantu yang harus dibuat
oleh masing-masing perusahaan tidaklah sama. Hal ini sangat tergantung dari
skala usaha dan sifat usahanya. Perusahaan kecil yang usahanya tunggal dan
sifatnya masih sederhana, frekuensi terjadinya transaksi pun tidak banyak, dan
mitra usahanya belum banyak, terlebih-lebih jika transaksi keuangannya selalu
dilakukan secara tunai, mungkin tidak perlu (belum memerlukan) buku bantu.
Sebaliknya untuk perusahaan yang berskala besar, sifat usahanya sangat kompleks,
frekuensi terjadinya transaksi sangat tinggi, mitra usahanya banyak,
penyelenggaraan buku bantu mungkin sangat perlu.
Bentuk akun buku bantu dapat dibuat seperti bentuk
akun buku besar, yakni berbentuk rekening huruf T atau berkolom. Bentuk mana
yang dipilih, sangat tergantung dari pertimbangan masing-masing perusahaan Hal penting yang perlu diingat adalah bahwa
penyelenggaraan buku bantu tersebut harus dapat menyediakan informasi yang
sesuai dengan fungsinya.
Proses pencatatan transaksi keuangan kedalam buku
bantu secara edial dilakukan setiap hari atau setiap terjadinya transaksi
tersebut. Namun ada kalanya, demi alasan efisiensi pencatatan dilakukan secara
periodik (pada waktu-waktu tertentu). Mengingat bahwa buku bantu berfungsi
sebagai alat kontrol (pengendali), maka pengisiannya harus didasarkan atas
bukti transaksi. Tidak dibenarkan buku bantu di isi berdasarkan informasi dari
jurnal seperti pengisian akun buku besar.
4. Neraca Sisa (Trial
Balance)
Pada waktu-waktu tertentu, misalnya
bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan, kita perlu memeriksa ketelitian dan
kebenaran dalam memosting ayat-ayat jurnal ke akun-akun buku besar. Untuk menguji hal tersebut, dapat
dibuat neraca saldo atau neraca sisa. Neraca ini berisi sisa (saldo) setiap
akun buku besar. Jika pemostingan sudah dilakukan semua dan (kemungkinan)
benar, maka jumlah kolom D dan kolom K dari neraca saldo akan sama.
Dari contoh transaksi Salon Sekarkedaton yang telah dijurnal dan
diposting dalam akun-akun buku besar di atas, jika dibuat neraca sisa akan
diperoleh hasil sebagai berikut:
Salon Sekarkedaton
Neraca Saldo
Per
31 Januari 2012
Kode (No)
Akun
|
Nama Akun
|
Debit
|
Kredit
|
|
|
|
|
101
|
Kas
|
1.662.500
|
|
102
|
Piutang Usaha
|
150.000
|
|
107
|
Perlengkapan Salon
|
200.000
|
|
205
|
Peralatan Salon
|
800.000
|
|
301
|
Hutang Dagang
|
|
500.000
|
303
|
Hutang Wesel
|
|
750.000
|
401
|
Modal
|
|
1.000.000
|
404
|
Prive
|
100.000
|
|
501
|
Beban Gaji
|
150.000
|
|
503
|
Beban Listrik
|
75.000
|
|
504
|
Beban Sewa
|
100.000
|
|
508
|
Beban Bunga
|
7.500
|
|
601
|
Penghasilan Jasa
|
|
1.000.000
|
|
Jumlah
|
3.2 50.000
|
3.250.000
|
TUGAS
1.
Coba lihat kembali pekerjaan Anda dalam
menyelesaikan tugas nomor 1 bagian II modul ini! Dari contoh transaksi keuangan
yang telah Anda peroleh, catatlah kedalam (a) buku jurnal, (b) akun-akun buku
besar, (c) buku bantu (jika diperlukan) dan (d) susun saldo akun-akun buku
besar kedalam neraca saldo.
2.
Coba lihat kembali pekerjaan Anda dalam
menyelesaikan tugas nomor 2 bagian
II modul ini! Dari contoh transaksi keuangan Koperasi Simpan Pinjam yang telah
Anda peroleh, catatlah kedalam (a) buku jurnal, (b) akun-akun buku besar, (c)
buku bantu (jika diperlukan) dan (d) susun saldo akun-akun buku besar kedalam
neraca saldo.
3.
Bukalah kembali contoh transaksi
keuangan yang Anda peroleh untuk menyelesaikan Tugas nomor 3 bagian II Modul
ini. Dari contoh transaksi keuangan yang dilakukan Penjahit yang telah Anda
peroleh, catatlah kedalam (a) buku jurnal, (b) akun-akun buku besar, (c) buku
bantu (jika diperlukan) dan (d) susun saldo akun-akun buku besar kedalam neraca
saldo.
4.
Carilah contoh transaksi keuangan yang
dilakukan oleh Tukang Pijat, Salon Kecantikan, atau pengusaha jasa lain yang
ada di dekat tempat tinggal Anda. Ambil salah satu diantara pengusaha tersebut
dan mintalah/catat transaksi keuangannya selama satu (1) periode. Berdasarkan data ini lakukan pencatatan kedalam
(a) buku jurnal, (b) akun-akun buku besar, (c) buku bantu (jika diperlukan) dan
(d) susun saldo akun-akun buku besar kedalam neraca saldo.
EVALUASI
I. Jawablah semua pertanyaan berikut dengan cermat!
1.
Apakah tujuan penyelenggaraan jurnal?
Jelaskan!
2.
Sebutkan 4 macam fungsi jurnal? Berikan penjelasan
masing-masing fungsi tersebut!
3.
Berikanlah gambaran bentuk kolom jurnal!
4.
Apakah kelemahan yang
paling menonjol jika suatu perusahaan tidak menyelenggarakan jurnal untuk
mencatat transaksi keuangannya? Jelaskan!
5.
Informasi apakah yang dapat diperoleh
dari Jurnal? Jelaskan!
6.
Jelaskan fungsi buku besar!
7.
Mengapakah akun buku besar perlu dibuat
oleh perusahaan?
8.
(a) Jelaskanlah bentuk akun buku besar!
(b) Bentuk
mana yang menurut Anda paling praktis? Jelaskan!
9.
Jelaskanlah fungsi buku bantu!
10. Mengapakah
kita perlu menyusun Neraca Saldo? Jelaskanlah!
II. Kerjakanlah semua kasus berikut
dengan teliti.
Panti pijit milik
Ibu Siti selama semester I tahun 2006 melaksanakan transaksi berikut ini:
Januari 1 menyetorkan uang tunai Rp 35.000,00;
perlengkapan senilai Rp 8.000,00 dan peralatan seharga Rp 50.000,00 untuk modal
awal
2 menerima hasil jasa pijat Rp 15.000,00
5 menerima hasil jasa pijat Rp 30.000,00
10 membeli tunai perlengkapan Rp 20.000,00
20 menerima hasil jasa pijat Rp
45.000,00
29 menerima hasil jasa pijat Rp 30.000,00
31 membayar
upah tukang pijat Rp 15.000,00
Februari 2
menerima hasil jasa pijat Rp 15.000,00
8 membeli perlengkapan tunai Rp 50.000,00
10 menerima hasil jasa pijat Rp 60.000,00
15 membayar ongkos perawatan peralatan Rp 5.000,00
20 menerima hasil jasa pijat Rp 30.000,00
26 menerima hasil jasa pijat Rp 30.000,00
Maret 5 menerima
hasil jasa pijat Rp 15.000,00
12 menerima hasil jasa pijat Rp 60.000,00
18 membayar upah tukang pijat peralatan Rp 50.000,00
23 menerima hasil jasa pijat Rp 35.000,00
26 menerima hasil jasa pijat Rp 45.000,00
30 membeli perlengkapan tunai Rp 30.000,00
April 3
menerima hasil jasa pijat Rp 75.000,00
14 menerima hasil jasa pijat Rp 60.000,00
18 membayar upah tukang pijat peralatan Rp 60.000,00
23 menerima hasil jasa pijat Rp 35.000,00
26 menerima hasil jasa pijat Rp 45.000,00
30 membeli peralatan tunai Rp 100.000,00
Mei 6 menerima hasil jasa pijat Rp 45.000,00
14 menerima hasil jasa pijat Rp 20.000,00
18 membayar upah tukang pijat peralatan Rp 85.000,00
23 menerima hasil jasa pijat Rp 65.000,00
26 menerima hasil jasa pijat Rp 30.000,00
31 membayar sewa peralatan Rp 20.000,00
Juni 3 menerima
hasil jasa pijat Rp 55.000,00
9 menerima hasil jasa pijat Rp 30.000,00
14 membayar upah tukang pijat peralatan Rp 80.000,00
23 menerima hasil jasa pijat Rp 35.000,00
29 menerima hasil jasa pijat Rp 30.000,00
Anda diminta
untuk menusun:
(1) buku
jurnal dan mencatat transaksi tersebut di dalamnya
(1) akun-akun buku besar yang
diperlukan dan memosting jurnal ke akun
(2)
menyusun neraca saldo
(3) KIRIMKAN JAWABAN MU KE Email: salmiaayumia@yahoo.com
SELAMAT
BEKERJA
Abdullah
akuntansi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar